Selasa, 01 Juli 2008

Kamis, 26 Juni 2008

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kelainan makan

Anorexia

Merupakan penurunan napsu makan yang merupakan gejala umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat, emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi.

Anoreksia jangka panjang dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan dysritmia jatung. Makan merupakan salah satu cara dalam menaikan berat badan akan tetapi pemberian makanan melalui selang atau infuse dapat menjadikan sebuah pilihan. Tanyakan kepada pasien apa oenyebab merekan kehilangan napsu makan dan apa yang dapat meningkatkan napsu makan tersebut.

Tindakan keperawatan pada pasien anoreksia adalah

  1. dokumentasi intake output
  2. monitoring tanda vital
  3. elektrolit
  4. elektrokardiogram
  5. monitoring jumlah cairan yang masuk

Anorexia Nervosa

Merupakan klainan makan yang sering tejadi pada wanita usia 12 sampai dengan 18 tahun. Diperkirakan 10% dari populasi mengalami anoreksia.

Tanda dan gejala

Tanda awal dari anoresia nervosa terdiri dari:

  1. kehilangan berat badan
  2. rendah harga diri
  3. konfulsif terhadap diet
  4. perubahan body image

Tanda lanjut terdiri dari:

  1. amenorehea pada wanita
  2. ketidak seimbangan elektrolit
  3. disritmia jantung
  4. konstipasi
  5. kulit kering
  6. bradi kardi
  7. hypothermia
  8. hypotensi
  9. kehilangan otot

Intervensi Therapeutik

Perawatan pasien dengan anoresia nervosa harus dilakukan oleh multidispilin keilmuan. Pasien kadang tidak memerlukan obat. Pasien biasanya encari pertolongan karena mereka tidak mendapatkan hasil yang baik pada perawatan sebelumnya.

Pertolongan lebih awal akan mendapatkan prognosis yang baik. Diatas 18% pasien meninggal karena kelaparan dan komplikasi dari itu. Pemebrian ciaran dan nutrisi intravena diperlukan jika pasien mengalami penurunan berat badan yang hebat, ancaman dari ketidak seimbangan cairan, dan disritmia atau gejala lain yang berhubungan.

Pengembalian berat badan ke normal membutuhkan waktu yang lama dan merupakan proses yang lambat.

Komplikasi

  1. Kekurangan nutrisi yang kronis
  2. kekurangan energi
  3. penurunan tekanan darah dan nadi
  4. gagal jantung dan ginjal
  5. osteoporosis
  6. penurunan otot

Bulimia Nervosa

Kelainan makan yang ditandai dengan menginduksi muntah oleh sendiri. Sering terjadi pada wanita muda.

Tanda dan Gejala

  1. Tanda dan gejala mirip dengan anoreksia nervosa dengan tanda khas erosi bagian enamel gigi karena asam lambung.
  2. Biasanya mereka lama di kamar mandi terutama setelah makan.
  3. Gangguan elektrolit
  4. Dysritmia
  5. Metabolik alkalosis
  6. Gagal jantung
  7. hypokalemia
  8. hypokalsemia

Intervensi Terapeutik

Sama dengan anorexia nervosa.

Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan makan

Perawatan pasien dnegan gangguan makan merupakan tantangan tersendiri karena membutuhkan komunikasi yang baik dan realistis, kepercayaan merupakan modal utama dalam perawatan pasien dengan gangguan makan untuk mencegah terjadinya kekambuhan kembali.

Pengkajian dan Pengumpulan data

  1. catat ketidak adequatan nutrisi
  2. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih
  3. kaji turgor kulit
  4. kaki kekuatan otot
  5. amenorrhea
  6. ketidak seimbangan elektrolit
  7. erosi gigi

Pemeriksaan lanjut:

  1. anemia
  2. ketidak seimbangan elektrolit
  3. elektrokardiogram

Diagnosa keperawatan, perencanaan, dan implementasi

Ketidakimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dnegan tidak adekuat pemasukan, menginduksi muntah, penggunaan pencahan kronis.

Hasil yang diinginkan: diit sesuai dengan berat badan individu.

  1. monitoring berat badan pasien
  2. monitoring tanda vital dan laboratorium
  3. tingkatkan kepercayaan pasien
  4. berikan makan sedikit tapi sering

Kelainan Body image, berhubungan dengan perubahan psikososial dan kognitif

Hasil yang diinginkan: pasien secar verbal menyatakan kepuasan terhadap tubuhnya.

  1. kaji dan dokumentasikan repon verbal dan nonverbal
  2. dengarkan pasien dan bawa terhadap realitas
  3. monitoring pernyataan negative pasien sess and document patient’s verbal and nonverbal
  4. kaji kebutuhan rujukan ke pelayanan konseling dan social
  5. berikan penghargaan secra verbal

.

Evaluasi

  1. Pasien mendapatkan berat badan yang sesuai
  2. pasien puas dengan tubuhnya
  3. pasien dapat menilai secara positif terhadap tubuhnya.

Asuhan Keperawatan pada pasien mual dan muntah

Mual merupakan perasaan ingin muntah subjektif. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melaui osofagus dan mulut. Mual dan muntah merupakan pengalaman yang hamper dirasakan semua orang. Muntah juga merupakan mekanisme pertahanan tubuh dari bahan yang berbahaya dari saluran pencernaan. Reflek muntah dikontrol oleh pusat muntah di otak. Mekanisme terjadinya mutah sangat komplek. Banyak penyebab yang dapat menyebabkan muntah yaitu:

  1. infeksi virus
  2. stress
  3. kehamilan
  4. obat
  5. myocardial infark
  6. uremia
  7. kondisi lain

Intervensi terapeutik

Mual dan muntah sangat sedikit memerlukan intervensi. Akan tetapi jika dibiarkan akan menyebabkan dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit. Kehilangan asam klorida dari lambung dapat menyebabkan terjadinya metabolic alkalosis. Muntah yang hitam seperti kofi menunjukan muntah bercampur dengan darah. Proteksi pada jalam napas selama muntah merupakan tindakan yang ling penting untuk mencegah adanya aspirasi. Resiko aspirasi meningkat pada pasien dengan penurunan kesadaran, orang tua, dan kegagalan reflek gag. Tepatkan pasien dalam posisi yang nyaman sehingga muntahan keluar. Pemukulan punggung saat muntah dapat menyebabkan aspirasi.

Proses Keperawatan pada Pasien Mual dan Muntah

Pengkajian/pengumpulan data

  1. Episode mual dan muntah
  2. Kondisi medis
  3. Obat yang dikonsumsi
  4. pengobatan yang sedang dilakukan

Tanda kehilangan cairan awal:

  1. kelemahan
  2. sakit kepala
  3. tidak mampu untuk berkonsentrasi
  4. postural hypotensi

Tanda kehilangan ciran lanjut:

  1. bingunng
  2. oliguria
  3. kulit dingin dan lembab
  4. nyeri dada dan perut

Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, dan Implementasi

Mual berhubungan dengan berbagai penyebab causes

Hasil yang diinginkan: pasien menyatakan mual dan muntah tidak ada

  1. reda, bebas bau lingkunga bersih sehingga tidak menyebabkan mual
  2. berikan anti emetic
  3. perawatan oral untuk mengurangi emesis dan meningkatkan kenyamanan
  4. menjelaskan kepada pasien untuk menjauhi penyebab atau makanan yang dapat menyebabkan muntah

Resiko aspirasi berhubungan dengan penunrunan gag reflek atau penuruanan kesadara

Hasil yang diinginkan: Jalan napas dan suara paru pasien bersih

  1. kaji apakah pasien dalam keadaan resiko untuk aspirasi
  2. tempatkan pasien dalam posisi yang dapat mencegah aspirasi.

Kekurangan Cairan

Hasil yang diinginkan: tanda vital pasien dalam batas normal

  1. monitor adanya tanda hypovolemia untuk mencegah adanya komplikasi yang mungkin terjadi
  2. timbang berat badan tiap hari
  3. monitor intake output dan tanda vital, dan tanda vital tekanan darah ortohstatik
  4. berikan cairan per IV
  5. monitoring pengeluaran cairan selama pengobatan untuk mencegah deficit dan kelebihan cairan

Evaluasi

Pasien menunjukan mual tidak ada, suara paru bersih, dan tanda vital normal.

LUKA BAKAR UNTUK PERAWAT

Banyak orang masuk rumah sakit setiap tahunnya disebabkan karena luka bakar. Luka bakar tidak hanya berpengaruh terhadap kulit tetapi berpengaruh terhadap sistem tubuh secara menyeluruh. Menghisap asap dan infeksi pada luka merupakan komplikasi pasien yang mengalami luka bakar.

Patofisiologi dan tanda dan gejala

luka bakar disebabkan karena tranfer energi panas dari sebuah sumber energi ke tubuh, panas menyebabkan kerusakan jaringan. Reaksi setempat, panans menyebabkan kerusakan protein dan pembuluh darah. Terdapat tiga zona kerusakan jaringan:

  1. zona koagulasi
  2. zona stasis
  3. zona hypearemia

Kerusakan pada kulit berhubungan dengan:

  1. suhu penyebab luka bakar
  2. penyebab
  3. lama terbakar
  4. jaringan ikat yang terkena
  5. lapisan dari struktur kulit yang terkena

Prubahan fungsi kulit normal menyebabkan:

  1. penurunan fungsi proteksi
  2. kegagalan mengatur temperatur
  3. meningkatkan resiko infeksi
  4. perubahan fungsi sensori
  5. kehilangan cairan
  6. kegagalan regenerasi kulit
  7. kegagalan fungsi eksresi dan sekresi

Respon sistemik

Perubahan pada fungsi kulit menyebabkan perubahan secara keselruhan pada sistem tubuh.

Keseimbangan cairan

Mengikuti kejadian luka bakar, terdapat peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan keluarnya plasma dan protein ke jaringan yang menyebabkan terjadinya edema dan kehilangan cairan intravakuler. Kehilangan cairan juga disebabkan karena evaporasi yang meningkat 4 – 15 kali evaporasi pada kulit normal. Peningkatan metabolisme juga dapat menyebabkan kehilangan cairan melalui sistem pernapasan.

Cardiac

Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diataranya penurunan kardiak output, yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi berat disebabkan kerusakan jaringan dan prubahan pembuluh darah yang terjadi pada luka bakar yang luas. Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam 48 jam pertama setelah kejadian, perubahan cairan menyebabkan hypovolemia dan jika tida di tanggulangi dapat menyebabkan pasien jatuh pada shock hypovolemia. Kehilangan cairan intravaskular menyebabkan peningkatan hematokrit dan kerusakan sel darah merah. Luka bakar juga menyebabkan kerusakan pada fungsi dan lama hidup platelet.

Metabolic

Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada pasien dengan luka bakar. Tingkat metabolik yang tinggi akan sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan luka bakar tersebut menutup. Hypermetabolisme juga terjadi karena cidera itu sendiri, intervensi pembedahan, dan respon stress. Katabolisme yang berat juga terjadi yang disebabkan karena keseimbangan nitrogen yang negatif, kehilangan berat baddan, dan penurunan penyembuhan luka. Peningkatan katekolamin (epinephrine, norepinephrine) yang disebabkan karena respon terhadap stress. Ini menyebabkan peningkatan kadar glukagon yang dapat menyebabkan hyperglikemia.

Gastrointestinal

Masalah gastrointestinal yang mungkin terjadi adalah pembengkakan lambung, ulkus peptkum, dan ileus paralitik. Respon ini disebabkan karena kehilangan cairan, perpindahan cairan, imobilisasim, penurunan motilitas lambung, dan respon terhadap stress.

Renal

Insufisiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan karena hypovolemia dan penurunan kardiak output. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnnya pemberian cairan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan glomerular filtration rate. Pada luka bakar yang disebabkan karena listrik dapat meneybabkan kerusakan langsung atau pembentukan myoglobin casts (karena kerusakan otot) yang dapat menyebabkan nekrosis tubular rennal akut

Pulmonary

Efek terhadap paru disebabkan karena menghisap asap. Hyperventilasai biasanya berhubungan dengan luas luka bakar. Peningkatkan ventilasi berhubungan dengan keadaan hypermetabolik, takut, cemas, dan nyeri.

Immune

Dengan adanya kerusakan kulit menyebabkan kehilangan mekansme pertahanan pertama terhadap infksi. Luka bakar luas dapat menyebabkan penurunan IgA, IgG, dan IgM.

Klasifikasi luka bakar

Klasifikasi luka bakar dipengaruhi oleh kedalaman luka, prosentase luka, penyebab, usia, riwayat kesehatan dan lokasi luka bakar. Perkiraan luas luka bakar didasarkan kepada tubuh mana yang terpengaruh. Bisanya menggunakan Rule of Nines. Metode ini cukup baik tetapi tidak akurat jika digunakan untuk anak-anak.

ETIOLOGI

Penyebab luka bakar:

  1. api langsung
  2. kontak denga sumber panas
  3. kimia
  4. listrik
  5. radiasi

KOMPLIKASI

  1. kelainan pada pernafasan akibat hisapan
  2. infeksi, insiden infeksi meingkat sejalan dengan peningkatan luas luka bakar.
  3. neurovaskular, terjadi karena luka bakar luas
  4. pembentukan jaringan parut yang menyebabkan penurunan aliran darah

TEST DIAGNOSTIK

  1. complete blood cell count (CBC)
  2. blood urea nitrogen (BUN),
  3. serum glucose
  4. electrolite
  5. arterial blood gases
  6. serum protein
  7. albumin
  8. urine cultures
  9. urinalysis
  10. pembekuan darah
  11. pemeriksaan servikal
  12. kultur luka

INTERVENSI TERAPEUTIK

Emergent Stage

Pada saat kejadian, kebakaran harus dihentikan. Baju dibuang, dan luka didinginkan oleh air yang mengalir, dan tutupi dengan pakaian bersih untuk mengurangi kedinginan dan kontaminasi. Pengkajian ABCs (airway, breathing, circulation). Pasien harus distabilkan jika pasien fraktur, perdarahan, imobilisasi tulang belakang, dan cidera yang lain. Pemberian cairan intravena harus dilakukan untuk menghindari terjadinya shock hypovolemia. Untuk mengurangi nyeri berikan analgesik. Patient-controlled analgesia (PCA) sangat efektif diberikan. Riwayat kejadian harus ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan komplikasi, dan trauma yang mungkin terjadi. Penjelaskan kepada keluarga harus dilakukan.

Acute Stage

Jika pasien masuk pada pelayanan khusus luka bakar maka pasien dapat dilakukan perawatan oleh tenaga multidisiplin. Manajemen pada tahap ini adalah:

  1. menghilangkan kemungkinan terjadinya infeksi
  2. mengurangi luka parut
  3. memaksimumkan fungsi tubuh
  4. mempertahankan kenyamanan
  5. pemberian nutrisi adekuat
  6. mempertahankan cairan dan elektrolit
  7. mempertahankan keseimbangan asam dan basa

Rehabilitation Phase

Tujuannya adalah mengembalikan pasien pada keadaan fisik dan psikososial yang optimal. Lama fase ini tergantung luas luka. Pembedahan rekonstruksi dapat dilakukan dalam beberapa tahun kemudian.

Rabu, 25 Juni 2008

Sadapan EKG




12 Sadapan EKG

  1. Tiga buah bipolar standard lead (I, II, III)
  2. Tiga buah unipolar limb lead (aVR, aVL dan aVF)
  3. Enam Buah unipolar chest lead (V1 – V6)

Sadapan Baku Bipolar (bipolar standard lead einthoven)

  1. Lead I = perbedaan potensial antara lengan kanan (RA) & lengan kiri (LA), dimana LA bermuatan lebih positif dari RA
  2. Lead II = perbedaan potensial antara lengan kanan dan tungkai kiri (LL) dimana LL bermuatan lebih positif dari LA
  3. Lead III = perbedaan potensial antara lengan kiri dan tungkai kiri, dimana LL bermuatan lebih positif dari LA

SADAPAN UNIPOLAR

Augmented unipolar lead lengan (frontal plane):

  1. Lead aVR: RA (+) ke [LA & LF] (-) (ke Kanan)
  2. Lead aVL: LA (+) ke [RA & LF] (-) (ke kiri )
  3. Lead aVF: LF (+) ke [RA & LA] (-) (Inferior)

SADAPAN DADA (Precordial)

  1. Terdiri dari V1 – V6
  2. Sadapan jantung bagian septum adalah V1 dan V2
  3. Sadapan jantung bagian anterior adalah V3 dan V4
  4. Sadapan jantung bagian lateral adalah V5 dan V6

Elektrokardiografi Untuk Perawat: Sistem Konduksi


EKG adalah ilmu yang mempelajari listrik jantung. Elektrrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekam listrik jantung. Kelainan pada listrik jantung akan merubah gambaran pada elektrokardiogram. Dengan EKG kita dapat menilai:

1. aritmia jantung

2. hipetropi atrium dan ventrikel

3. iskemik dan infark miokard

4. efek obat

5. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit khususnya kalium

6. penilaian fungsi pacu jantung


Pola membaca EKG
  1. irama
  2. heart rate
  3. Axis
  4. hypertropi
  5. iskemik
  6. infark
  7. kesimpulan

Sistim Konduksi Jantung

sINOATRIAL nODE

  1. SA node terdiri dari sekelompok sel khusus yang berperan sebagai “pacemaker” otomatis.
  2. Bertanggung jawab memulai impulse listrik yang merangsang otot jantung untuk berkontraksi secara teratur.
  3. SA node berlokasi di atrium kanan atas dekat dengan vena cava superior.
  4. SA node dibawah pengaruh system syaraf otonom.
  5. System symphatis merangsang jantung dan menyebabkan peningkatan denyut jantung melalui reseptor B1 adrenergic
  6. System parasympathetic, melalui nervus vagus, membuat denyut jantung melambat dan mempertahankan keadaan denyut pada keadaan istirahat dengan denyutan sekitar 60 – 70 kali per menit.
  7. Jika aktivitas parasympatis di blok/hambat, oleh obat anti kolinergik atau syaraf vagal di potong maka denyut jantung akan meningkat.
  8. Jika stimulasi parasimphatik meningkat, misalnya karena aktivitas sinus carotid dapat menyebabkan denyut jantung menurun
    Rytme berasal dari SA node disebabkan karena depolarisasi dari SA node lebih cepat (60 – 100 denyut permenit) dari pada AV node (40 – 60 denyut per menit) dan system konduksi ventrikel (30 – 40 denyut per menit) sehingga AV node and sytem konduksi ventricular “dicaplok” oleh impuls sinus

Atrioventicular N

  1. Atrioventicular node (AV node) berlokasi di interatrial septum dekat dengan katup trikus
  2. Menerima impuls SA node dan menghantarkan impuls ke bundle his.
  3. Impuls listrik dari SA harus di hubungkan melalui AV karena atrium dan ventrikel dipisahkan oleh jaringan fibrus yang memiliki konduktivitas rendah.
  4. AV node bersama dengan Bundle His membuat AV junctional.
  5. AV junctional memiliki aktivitas pacemaker intrinsik 40-60 denyut per menit. Jika SA nodes cidera maka AV junctional megambil alih denyut dan rytme jantung

Bundle His

  1. Bundle His terletak di proksimal septum intraventrikuler.
  2. Bundle His sangat penting mengalirkan impuls dari AV Node ke ventrikel.
  3. Percabangan Bundle His terdiri dari kanan kiri anteriorsuperior, dan kiri posteriorinferior

Asuhan Keperawatan Pada Kanker



Penamaan Kanker
Dinamakan bedasarkan jaringan asalnya. Sarcoma berasal dari jaringan mesodermal yang terdiri dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot dan pembulh darah. Osteosarcoma menunjukan kanker tulang. Carcinoma menunjukan tumor yang berasal dari jaringan epitel seperti membran mukosa dan kelenjar (termasuk didalamnya kanker payudara, ovarium, dan paru) Kanker sumsum tulang disebut dengan myeloma. Sementara kanker darah atau hemopoietik dikenal sebagai balstoma dan tumor dapat meliputi kanker lympe, eritrosit, dan sel mieloid. Leukemias menjelaskan tentang kanker yang berasal dari sel darah putih yang dapat di golongkan menjadi myeloid, lymphatik atau monositik

Metastase
Kemampuan sel tumor untuk pindah ke tempat lain dan membentuk tumor sekunder. Banyak pasien yang meninggal karena metastase kanker ke organ vital daripada karena tumor primernya.

Tumor metastase melalui:
  1. Pembuluh limphe
  2. Pembuluh darah
  3. Jaringan menempel
  4. Rongga dalam tubuh dari organ ke organ misalnya dari lambung ke ovarium
Nyeri pada kanker disebabkan kanker mempengaruhi ujung syaraf

Pengobatan utama:
  1. Pembedahan
  2. Radiotherapy
  3. Chemotherapy
Pembedahan
  1. Jika tumor masih kecil atau ada alasan lain yang memungkinkan operasi.
  2. Biasanya disertai dengan chemotherapy atau radiotherapy.
Radiotherapy
  1. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides)
  2. Pada X-ray therapy, radiasi diberikan secara lokal untuk menghindari kerusakan jaringan sehat lainnya.


kemoterapi
Chemotherapy digunakan untuk menghancurkan sel secara selektif. Nitrogen mustards obat yang pertama digunakan. Keuntungan dapat diberikan secara intravena dan dapat menyebar sehingga sel kanker jadi hancur. Kerugian cytotoxic seperti:
  1. Depresi sumsum tulang
  2. Lesi saluran pencernaan
  3. Kehilangan rambut
  4. Mual
  5. Resistensi
Peran Prawat
  1. Memberi dukungan klien  prosedur diagnostik
  2. Mengenali kebutuhan psiko-sosial dan spiritual
  3. Memenuhi kebutuhan cairan & nutrisi klien
  4. Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker / terhadap keganasan
  5. Membantu klien fase penyembuhan / rehabilitasi
  6. Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Infeksi
  1. Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:
  2. Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi
  3. Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki
  4. Kebiasaan kebersihan diri
  5. Pola tidur
  6. Pola makan
  7. Pola eliminasi
  8. Riwayat & pemeriksaan fisik
  9. Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi, adanya exudat
  10. Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
  11. Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
  12. Fungsi pernafasan & suara nafas
  13. Laboratorium: DPL

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Infeksi (lanjutan)
  1. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
  2. Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
  3. Tempatkan klien di ruang isolasi
  4. Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang menginformasikan: pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien
  5. Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-rektum
  6. Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan perawatan klien
  7. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
  8. Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)
  9. Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi
  10. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
  11. Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
  12. Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
  13. Monitor angka lab neutrofil
  14. Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus, dll)
  15. Monitor perubahan warna urin, sputum & feses
  16. Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Cedera: Perdarahan
  1. Lakukan tindakan khusus jika trombosit <>
  2. Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan
  3. Pasang tanda DILARANG injeksi per IM dan pemberian obat aspirin
  4. Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit
  5. Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss
  6. Pasang pembatas tempat tidur
  7. Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari

Monitor terjadinya perdarahan
  1. Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan
  2. Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt
  3. Monitor hematokrit & trombosit
  4. Lapor dokter jika ada tanda perdarahan

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko gangguan Perfusi Jaringan
  1. Kaji tanda dan gejala anemia
  2. Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>
  3. Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang: meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)
  4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
  5. Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
  6. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.
  7. Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
  8. Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen
  9. Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
  10. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
  11. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-istirahat
  12. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan kismis

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
  1. Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
  2. Monitor intake-output tiap 4 jam
  3. Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah
  4. Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
  5. Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
  6. Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc
  7. Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
  1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut) & kaji adanya stomatitis tiap shift. Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis
  2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum
  3. Kaji status nutrisi klien
  4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam
  5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam atau,
  6. Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau
  7. Obat kumur Listerine®
  8. Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak dilakukan jika leukosit <1500/mm3>
  9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi mukosa
  10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan menggunakan pelembab bibir
  11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien

Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
  1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan tiap 3 jam
  2. Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
  1. Kaji kemampuan komunikasi klien
  2. Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan minum hangat
  3. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat berkomunikasi verbal
  4. Responsif terhadap bel panggilan dari klien
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
  1. Kaji area kulit perineum
  2. Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab
  3. Oleskan anastetik topikal K/P
  4. Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
  5. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi
  6. Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening
  7. Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
  8. Ukur pH urin (pH > 7)
  9. Cegah dehidrasi dan muntah yang masif
  10. Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
  11. Monitor hasil lab ureum, creatinin
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
  • Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan
  • Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh rambut yang baru
  • Anjurkan klien menceritakan perasaannya
  • Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
  • Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang
  • Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
  • Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll
  • Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam & topi jika bepergian
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
  1. Bina rasa saling percaya
  2. Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual
  3. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien
  4. Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
  5. Alternatif pengekspresian seksual
  6. Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
  7. Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
  8. Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya
  9. Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
  10. Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
  11. Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
  12. Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi

Terapi Komplementer/Herbal dalam Intervensi Keperawatan Klien Kanker, Sebuah Tantangan
  1. Kesempatan dalam mengembangkan kewenangan keperawatan
  2. Digunakan pada stadium dini atau alternatif terapi medis
  3. Umumnya belum melalui penelitian klinis pada pasien
  4. Selalu berkolaborasi dengan dokter jika terjadi sesuatu kondisi diluar kemampuan perawat
  5. Jika menjalani pengobatan dengan kemoterapi, ramuan diminum setelah dua minggu sejak kemoterapi dilakukan.
  6. Bila dokter memberi obat, ramuan sebaiknya diminum dua jam sebelum atau setelah mengonsumsi obat dari dokter.
  7. Jenis terapi komplementer/herbal sangat banyak, namun diuraikan hanya sebagian

Terapi Bawang Sabrang
  1. Bawang sabrang (Eleutherine mericana Merr) kandungan: polifenol dan tanin
  2. Cara: Anjurkan klien memakan umbi bawang sabrang tiga kali sehari, masing-masing dua umbi dengan cara dikunyah
  3. Terapi tambahan: rebusan keladi tikus, kencur, mahkota dewa, pegagan, temu mangga, temuwalak, kumis kucing, sambiloto

Terapi Sambiloto
  1. Nama: sambiloto adalah Andrographidis herba (herba sambiloto)
  2. Kandungan kimianya andrografin, androfolit (zat pahit), dan panikulin
  3. Khasiat: antibiotik, sangat membantu dalam menyembuhkan luka akibat kanker dan antitumor serta menghancurkan inti sel kanker
  4. Sambiloto bisa dikeringkan dan disimpan. Pengeringan dan penyimpanan sebaiknya dilakukan sesudah tumbuhan itu berbunga.
  5. Bahan: 30 gram daun sambiloto kering 30 gram meniran kering 30 gram akar alang alang kering
  6. Cara Membuat:
    • Semuanya dicuci bersih, lalu dipotong kecil-kecil.
    • Rebus dalam 2,5 gelas air dalam keadaan ditutup hingga mendidih.
    • Setelah itu baru diangkat, tetapi tutup jangan dibuka.
    • Setelah dingin, disaring.
    • Diminum 2 kali sehari 1 gelas hingga gejala penyakit yang dirasakan hilang.
Terapi Temulawak
  1. Rimpang temulawak mengandung curcumin dan monodesmetoksi curcumin.
  2. Kandungan curcumin dalam rimpang temulawak berkhasiat sebagai antioksidan, antinflamasi, dan antitumor.
  3. Temulawak juga berkhasiat menghilangkan rasa nyeri dan sakit karena kanker.
  4. Ekstrak temulawak sangat dianjurkan untuk dikonsumsi guna mencegah penyakit hati, termasuk hepatitis B yang menjadi salah satu faktor risiko timbulnya kanker hati.
  5. Bahan: 10 gram rimpang temulawak 10 gram kunyit 10 gram daun sambiloto kering 10 gram rimpang temu mangga 10 gram ciplukan kering (seluruh bagian tanaman) 10 gram meniran (seluruh bagian tanaman)
  6. Cara Membuat:
    • Setelah dicuci bersih, rimpang temulawak, kunyit, temu putih, dan temu mangga diparut halus.
    • Parutan tersebut dicampur dengan ciplukan, meniran, dan daun sambiloto, lalu direbus dengan 2 gelas air putih sampai tersisa sekitar 1,5 gelas.
    • Setelah disaring, ramuan diminum 3 kali sehari masing-masing 1/2 gelas. Untuk mengurangi rasa pahit, tambahkan 1 sendok makan madu.
Terapi Lidah Buaya
  1. Tumbuhan lidah buaya (Aloe vera Linn atau Aloe barbadensis)
  2. Lidah buaya bersifat dingin dan berkhasiat sebagai penurun kadar gula, pengontrol tekanan darah, antibiotik, dan analgesik (pereda sakit). Zat aloin dalam lidah buaya berfungsi sebagai pencahar.
  3. Pemakaian lidah buaya lebih ditekankan sebagai immunotherapy dengan menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan kanker dan ditunjang oleh khasiatnya sebagai antinflamasi (antiradang).
  4. Fungsi anti radang ini berkaitan dengan senyawa polisakarida yang terkandung dalam gel daunnya. Sementara itu, daun lidah buaya memiliki khasiat sebagai antikanker dan antitumor.
  5. Ramuan lidah buaya Bahan: Satu buah pelepah lidah buaya yang sudah tua berukuran sedang, dibuang durinya, tapi jangan buang kulitnya.
  6. Cara Membuat:
  • Potong-potong dan rebus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas.
  • Air rebusan lidah buaya diminum 3 kali sehari.
  • Setiap kali hendak minum, Anda harus membuat rebusan baru
Dari Pak Agung SKP, MSc. FIK UI

Etika Penelitian Keperawatan

Dalam masa modern ini pelanggaran terhadap moral tidak boleh terjadi.
Pengalaman kedokteran NAZI pada tahun 1930an – 1940an merupakan contoh pelanggaran etik yang sangat terkenal. Program penelitian Nazi melibatkan tawanan perang dan ras tertentu dalam mengetes daya tahan manusia dan reaksi manusia terhadap penyakit dan obat yang tidak di test. Penelitian ini tida beretika bukan hanya mereka mendapatkan penyiksaan secara fisik akan tetapi mereka juga tidak memiliki kesempatan untuk menolak berpartisipasi

Beberapa penelitian yag melanggar etik diantaranya penelitian yang dilakukan tahun 1932 dan 1972 yang dikenal sebagai The Tuskegee Syphilis Study, yang disponsori oleh Departemen Kesehatan yang mengidentifikasi efek syphilis pada 400 laki-laki dari komunitas Afrika-Amerika. Contoh lain adalah menginjeksi sel kanker hidup pada pasien orang tua di Rumah Sakit Penyakit Kronis Yahudi di Brooklyn, yang tidak menjelaskan dahulu kepada pasien.

Kode Etik
Kode etik penelitan internasional yang dinamakan sebagai Nuremberg Code, dibuat setelah kejadian yang dilakukan oleh NAZI. Pada tahun 1964 Declaration Helsinki, diadopsi oleh World Medical Association dan direvisi pada tahun 2000.

Penelitian dalam Keperawatan
The American Nurses’ Association (ANA) pada tahun 1995 membuat Ethical Guidelines in the Conduct, Dissemination, and Implementation of Nursing Research (Silva, 1995). The American Sociological Association mempubilkasikan revisi kode etik pada tahun 1997. American Psychological Association (1992) mempublikasikan panduan berupa Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct.

Alamat web yang terkait dengan etika penelitian
The Office of Human Research Protections (OHRP): http://ohrp.osophs.dhhs.gov
Canadian policies, from the Tri-Council Policy Statement of the Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada (NSERC): http://www.nserc.ca/programs/ethics/english
American Psychological Association: http://www.apa.org/ethics/code.html
American Sociological Association: http://www.asanet.org/members/ecoderev.html


Prinsip Etik dalam Penelitian KeperawatanEthical
  1. Menghormati otonomi partisipan, penjelasan kepada partisipan tentang derajat dan lama keterlibatan tanpa konsekuensi negatif dari penelitian
  2. Mencegah, meminimalkan kerugian dan atau meningkatkan manfaat bagi semua partisipan.
  3. Menghormati kepribadian partisipan, keluarga dan nilai yang berati bagi partisipan.
  4. Memastikan bahwa keuntungan dan akibat dari penelitian terdistribusi secara seimbang
Tujuan
  1. Menjaga privasi partisipan
  2. Memastikan integritas etik selama penelitian
  3. Melaporkan semua kemungkinan yang terjadi dalam penelitian
  4. Mempertahankan metodologi dan profesionalitas untuk peningkatan pelayanan keperawatan
  5. Pada penelitian yang melibatkan binatan harus mendapatkan keuntungan yang maksimum dengan sedikit menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi binatang.
Prinsip Etik
  1. THE PRINCIPLE OF BENEFICENCE
  2. THE PRINCIPLE OF RESPECT FOR HUMAN DIGNITY
  3. THE PRINCIPLE OF JUSTICE
Beneficience
  1. Satu dari banyak prinsip etik adlah beneficience
  2. Diatas segalanya, tidak merugikan
  3. Freedom From Harm
  4. Freedom From Exploitation
  5. Benefits From Research
  6. The Risk/Benefit Ratio


Penghormatan pada martabat manusia
Merupakan prinsip etik yang kedua.
Terdiri dari:
  1. the right to self-determination
  2. the right to full disclosure

The Right to Self-Determination
  1. manusia sebagai mahluk bebas memiliki otonomo untuk mengatur kehidupannya
  2. berarti dalam penelitian manusia boleh ikut serta atau tidak tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
  3. berhak bertanya, menolak informasi yang diberikan, meninta klarifikasi, dan mengahiri keikutsertaannya

The Right to Self-Determination
  1. manusia meniliki ha untuk menentukan apa yang akan dilakukan termasuk bebas dari paksaan dalam jenis apapun.
  2. jaminan dari paksaan sangat diperlukan mengingat peneliti memiliki ototritas, dapat mengontrol dan mempengaruhi partisipan potensial

Prinsip Keadilan
Prinsip etik umum ketiga
Terdiri dari:
  1. right to fair treatment
  2. right to privacy

The Right to Fair Treatment
  1. partisipan berhak untuk mendapatkan keadilan dan tindakan yang sama sebelum, selama dan setelah penelitian
  2. tidak ada diskriminasi dalam pemilihan partisipan
Hak Privacy
Dalam memenuhi hak ini biasanya nama partisipan dirahasiakan. partisipan berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang telah dia lakukan dalam penelitian. partisipan juga harus diberitahu apa hasil dari penelitian tersebut.

Isi dari Informed Consent
  1. status partisipan
  2. tujuan penelitian
  3. jenis data
  4. prosedur penelitian
  5. komitmen yang akan dilakukan
  6. sponsor
  7. proses pemilihan partisipan
  8. resiko dari penelitian
  9. kemungkinan keuntungan dari penelitian
  10. alternatif yang dapat dipilih partisipan
  11. kompensasi
  12. kerahasiaan
  13. persetujuan jadi sukarelawan
  14. hak untuk menarik diri dari penelitan
  15. alamat yangd apat dihubungi jika ada sesuatu






Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Penumothorak

Definisi
Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorak dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. (British Thoracic Society 2003). Tension pneumothorax disebabkan karena tekanan positif pada saat udara masuk ke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorak dapat menyebabkan cardiorespiratory distress dan cardiac arrest.

Tanda dan Gejala
Pasien dengan pneumo thorak memiliki gejala sebagai berikut:
nyeri dada – biasanya hanya terjadi pada satu sisi yang terkena
napas pendek
tachycardia

Gambaran Ancaman Terhadap Kehidupan
pada pasien ekstrim – pertimbangkan tension penumotorak
napas pendek
hypotensi
tachykardi
trachea berubah

ASSESSMENT
Pengkajian selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
kaji dan pertahankan jalan napas
lakukan head tilt, chin lift jika perlu
gunakan alat bantu jalan napas jika perlu
petimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak mampu mempertahankan jalan napas

Breathing
kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, pertahankan saturasi >92%
berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask
pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask ventilation
periksakan gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
kaji respiratory rate
periksa system pernapasan
cari tanda deviasi trachea, deviasi trachea merupakan tanda tension pneumothorak.

Circulation
kaji heart rate dan rhytem
catat tekanan darah
lakukan pemeriksaan EKG
lakukan pemasangan IV akses
lakukan pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit.

Disability
a. lakukan pengkajian tingkat kesadaran dengan menggnakan pendekatan AVPU
b. penurunan kesadaran merupakan tanda pertama pasien dalam perburukan dan membutuhkan pertolongan di ICU

Exposure
a. pada saat pasien stabil kaji riwayat kesehatan scara detail dan lakukan pemeriksaan fisik lainnya

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Gastroenteritis

Definisi

Gastroenteritis adalah diare dengan atau tanpa muntah yang disebabkan masuknya bakteri, virus atau toksin. Penyebabnya biasanya tidak. Akan tetapi makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan sumber utama infeksi. Beberapa organime yang memaikan peranan adalah:

  1. staphylococcus aureus – dari makananan dan minuman yang terkontaminasi dengan masa inkubasi 2–4 jam
  2. E coli – berasal dari daging dan susu dengan masa inkubasi 12 – 48 jam
  3. campylobacter jejuni – berasal dari daging dan susu dengan masa inkubasi 48 – 96 jam
  4. salmonella spp – berasal dari daging dan telur dengan masa inkubasi 12 – 48 jam
  5. rotavirus – mungkin disebabrkan dari makanan dan cairan dengan masasi 1 – 7 hari

Tanda dan Gejala

Tanda umum pada gastroenteritis adalah:

  1. diare
  2. muntah
  3. mual
  4. kram perut
  5. kelemahan
  6. demam

Pengkajian

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

Airway

  1. pantikan kepatenan jalan napas
  2. siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
  3. jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU

Breathing

  1. kaji respiratory rate
  2. kaji saturasi oksigen
  3. berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
  4. auskultasi dada
  5. lakukan pemeriksaan rontgent

Circulation

  1. kaji denyut jantung
  2. monitor tekanan darah
  3. kaji lama pengisian kapiller
  4. pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
  5. periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
  6. catat temperature
  7. lakukan kultur jika pyreksia
  8. lakukan monitoring ketat
  9. berikan cairan per oral
  10. jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.


Disability

  1. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU

Exposure

  1. kaji riwayat sedetil mungkin
  2. kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
  3. kaji tentang waktu sampai adanya gejala
  4. kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
  5. apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
  6. Lakukan pemeriksaan abdomen
  7. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
  8. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
  9. Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
  10. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
  11. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan